Suaragenerasibangsa.com✓Probolinggo | Suasana Desa Jangur, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, mendadak penuh warna pada akhir pekan ini. Ratusan warga tumpah ruah di jalan utama desa untuk menyaksikan Karnaval Budaya Desa Jangur yang digelar dalam rangka mempererat persaudaraan sekaligus merayakan kekayaan tradisi lokal.
Acara yang diikuti oleh 18 peserta, baik dari kalangan umum maupun pelajar, berlangsung meriah sejak pagi hingga sore. Setiap peserta menampilkan kreativitas dalam bentuk kostum, atraksi seni, hingga penampilan khas yang menggambarkan keragaman budaya masyarakat setempat.
Kepala Desa Jangur, Lotvi, bersama sang istri juga turut berpartisipasi dalam karnaval tersebut. Kehadiran mereka di tengah barisan peserta mendapat sambutan hangat dari warga. Banyak masyarakat yang menganggap keikutsertaan pemimpin desa bukan hanya sebagai simbol kebersamaan, tetapi juga bentuk nyata kedekatan antara pemerintah desa dengan warganya.
“Acara ini adalah milik kita semua. Dengan karnaval budaya, kita ingin meneguhkan bahwa Desa Jangur memiliki semangat persaudaraan yang tidak mudah goyah. Terima kasih kepada seluruh peserta, panitia, dan masyarakat yang sudah mendukung sehingga kegiatan ini dapat berlangsung meriah,” ujar Lotvi dalam sambutannya.
Gelaran karnaval juga dihadiri oleh jajaran Muspika Kecamatan Sumberasih, perwakilan Koramil, serta Polsek Sumberasih. Kehadiran aparat pemerintah dan keamanan menunjukkan dukungan penuh terhadap kegiatan masyarakat yang bernuansa budaya.
Camat Sumberasih dalam keterangannya menyebutkan bahwa kegiatan semacam ini menjadi penting untuk memperkuat identitas lokal. “Budaya adalah warisan yang harus kita jaga bersama. Karnaval Desa Jangur ini menjadi bukti bahwa gotong royong dan semangat kebersamaan masih hidup di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Sebanyak 18 kelompok peserta menampilkan beragam atraksi yang memikat penonton. Dari barisan pelajar yang menampilkan tarian daerah, hingga kelompok masyarakat umum yang mengenakan busana adat penuh warna, semuanya menjadi tontonan yang menghibur sekaligus mendidik.
Tidak sedikit pula peserta yang menambahkan unsur modern dalam penampilannya, sehingga memadukan kearifan lokal dengan kreativitas kekinian. Hal ini memperlihatkan bahwa budaya bisa terus hidup seiring perkembangan zaman, tanpa kehilangan jati diri.
Masyarakat yang menyaksikan tampak antusias. Sepanjang jalan yang dilalui peserta, warga memadati trotoar dan halaman rumah sambil bersorak, bertepuk tangan, dan mengabadikan momen dengan ponsel mereka.
Bagi warga Desa Jangur, karnaval budaya bukan sekadar hiburan tahunan. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi wadah untuk menyatukan perbedaan, mempererat persaudaraan, sekaligus memperkenalkan kekayaan tradisi kepada generasi muda.
Samsudin, tokoh masyarakat RT 07 Desa Jangur, menilai karnaval ini memberi energi positif bagi kehidupan sosial warga. Ia menekankan pentingnya menjaga tradisi sebagai fondasi membangun generasi penerus.
“Acara seperti ini bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan. Kita ingin anak-anak melihat bahwa desa ini punya budaya, punya warisan yang harus dihargai. Jangan sampai mereka tumbuh besar hanya mengenal budaya luar tanpa mengenali akar mereka sendiri,” ujar Samsudin dengan penuh semangat.
Ia menambahkan, karnaval budaya mengajarkan nilai kebersamaan yang semakin langka di tengah arus modernisasi. “Sekarang orang lebih sering sibuk dengan gadget, jarang berkumpul. Dengan adanya karnaval ini, kita bisa melihat kembali wajah asli masyarakat desa: guyub, rukun, saling dukung. Inilah yang harus kita rawat bersama,” katanya.
Lebih jauh, Samsudin juga mengingatkan bahwa keberlangsungan acara budaya tidak hanya bergantung pada pemerintah desa atau panitia, melainkan juga pada kesadaran masyarakat. “Kalau warga tidak peduli, maka kegiatan seperti ini akan hilang pelan-pelan. Padahal budaya adalah identitas kita. Saya selalu bilang kepada anak-anak muda di sini: jangan malu jadi orang desa, justru kita harus bangga karena dari desa lahir kekuatan besar bagi bangsa,” tegasnya.
Ia berharap, karnaval budaya dapat terus dilestarikan dan berkembang lebih besar lagi. “Mungkin ke depan bisa melibatkan desa-desa tetangga agar semakin meriah. Tapi yang terpenting, semangat persaudaraan ini jangan hilang. Kalau kita menjaga budaya, sesungguhnya kita sedang menjaga martabat dan jati diri bangsa,” pungkas Samsudin dengan mata berbinar.
Karnaval budaya tahun ini menjadi momentum penting bagi Desa Jangur. Dengan melibatkan banyak pihak, mulai dari aparat desa, lembaga pendidikan, hingga masyarakat umum, kegiatan ini berhasil menunjukkan bahwa pembangunan desa tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga penguatan budaya dan identitas sosial.
Lotvi menegaskan bahwa pemerintah desa berkomitmen untuk menjadikan karnaval budaya sebagai agenda rutin tahunan. Ia berharap, pada tahun-tahun berikutnya, jumlah peserta bisa bertambah, kreativitas semakin berkembang, dan partisipasi masyarakat makin luas.
“Budaya adalah jiwa sebuah bangsa. Jika kita menjaga budaya, berarti kita menjaga jati diri kita sendiri,” pungkasnya.
Dengan segala kemeriahannya, Karnaval Budaya Desa Jangur membuktikan bahwa semangat gotong royong, kebersamaan, dan cinta budaya masih menjadi ruh kehidupan masyarakat desa. Dari anak-anak sekolah hingga orang tua, dari aparat desa hingga muspika, semua bergabung dalam satu barisan panjang yang penuh warna.
Desa Jangur hari itu bukan hanya sekadar menjadi tuan rumah sebuah acara, tetapi juga menjadi simbol bahwa sebuah desa mampu menghadirkan peristiwa budaya yang inspiratif, menyatukan hati, dan menguatkan rasa bangga akan identitas lokal.
tim-Diki maulana m.
Tags
berita desa jangur