PERS HARUS KRITIS DAN INDEPENDEN, BUKAN TAMENG BANDIT BERSERAGAM


Suaragenerasibangsa.com ✓ Probolinggo – Pimpinan Suara Generasi Bangsa menegaskan kembali fungsi utama pers sebagai penyalur lidah masyarakat dan pengawal kebenaran. Dalam pernyataannya, ia menyoroti fenomena segelintir media yang justru berbalik arah, menjadi alat pelindung bagi oknum-oknum berseragam yang menyalahgunakan jabatan.

“Pers berdiri untuk mengabarkan fakta, mengungkap kebenaran, dan mengontrol jalannya pemerintahan. Bukan untuk menjadi benteng bandit berseragam yang menindas rakyat,” tegas pimpinan suaragenerasibangsa.com dalam wawancara terbuka, Jumat (8/8).

Menurutnya, jiwa kritis adalah nafas yang membuat pers hidup. Tanpa keberanian mengungkap pelanggaran, media hanya akan menjadi papan reklame kepentingan penguasa dan pelaku kejahatan. “Jika pers takut pada ancaman, tekanan, atau iming-iming uang, maka ia telah mati sebelum dibungkam,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan, independensi pers bukan sekadar jargon, melainkan sikap nyata dalam pemberitaan. Setiap jurnalis dan redaksi harus berdiri di atas kebenaran, bukan tunduk pada tekanan politik atau finansial. “Jangan sampai kita mengkhianati kepercayaan publik. Sekali pers menjual integritasnya, maka habislah harga diri kita,” katanya.

Fenomena media yang memoles citra para pelanggar hukum demi keuntungan pribadi dinilainya sebagai pengkhianatan terbesar terhadap amanah pers. “Media yang memihak penjahat berseragam sama saja menusuk rakyat dari belakang. Mereka bukan sekadar berkhianat pada profesi, tapi juga pada bangsa,” kritiknya dengan nada keras.

Pimpinan Suara Generasi Bangsa juga menyoroti pentingnya pers untuk menjadi garda depan kontrol sosial. Pers memiliki kekuatan untuk mengungkap kasus korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan pelanggaran HAM, selama jurnalis berani bekerja dengan integritas dan dilindungi hukum. “Undang-Undang Pers memberi kita hak, tapi juga tanggung jawab. Gunakan hak itu untuk membela yang lemah, bukan melindungi yang kuat dalam kejahatan,” tambahnya.

Ia menutup pernyataan dengan ajakan bagi seluruh insan pers untuk kembali pada marwah jurnalistik. “Bangkitlah, jurnalis Indonesia! Jangan mau dibeli. Jangan takut melawan bandit berseragam. Karena jika pers diam, maka rakyat akan kehilangan suara, dan demokrasi akan kehilangan nyawa,” pungkasnya.

Seruan ini menjadi pengingat keras bahwa pers sejatinya adalah benteng terakhir rakyat untuk mendapatkan informasi yang jujur. Di tengah derasnya arus informasi yang kerap dimanipulasi, integritas pers menjadi penentu apakah kebenaran akan sampai ke masyarakat, atau terkubur di bawah propaganda.

Dierel 

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama

Terkini